Eksistensi Manusia (perspektif Manusia dan Al-Qur'an)



Eksistensi Manusia
oleh: Ismail Syakban, S,Pd.I
 
Manusia merupakan salah satu item penting dalam membiacarakan semua aspek dan permasalahan. Dalam dunia pendidikan manusia sebagai pelaku atau aktor utama. Untuk mengetahui eksistensi manusia terkhusus dalam pendidikan, maka pada edisi ini akan mengutarakan dua pandangan: pertama, manusia menurut manusia. Manusia menurut al-Qur’an.
a.      Manusia menurut manusia
Terdapat berbagai pendapat dan multi-makna ketika manusia mendefinisikan hakikat manusia, semua itu terbukti dengan adanya beberapa ilmuan barat mencoba mengeluarkan pendapat tajamnya seputar manusia, diantaranya: Socrates berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang ingin tau. Muridnya (Plato) menyebutkan bahwa hakikat manusia adalah roh, rasio dan nafsu. Berbeda dengan Plato, Rene Descartes lebih menekankan kepada akal sebagai hakikat manusia.
Berbeda dengan ketiga ilmuan diatas, Thomas Hobbes menguraikan pendapatnya bahwa manusia itu makhluk sosial, namun hakikatnya lebih mementingkan kepada diri sendiri. Sedangkan John Locke juga memberikan pendapat bahwa manusia itu sendirilah yang menentukan keadaannya, karena manusia dilahirkan dalam keadaan bersih. Immanuel Kant juga mengobarkan pendapatnya bahwa manusia itu adalah makluk sosial.
Jauh berbeda dengan ilmuan-ilmuan sebelumnya, Charles Darwin memberikan opininya bahwa manusia dan kera memiliki nenek moyang yang sama. Teori ini menelurkan protes dari kalangan yang berpendapat bahwa manusia terpisah dari hewan.
Agar manusia (Ummat Muslim) tidak salah kaprah dalam menerima definisi manusia menurut pemikiran-pemikiran barat dan tidak “terhipnotis” kepada opini-opini itu, maka ilmuan Muslimpun mendeklarasikan pendapat mereka mengenai manusia. Seperti Fahruddin Ar-Razi, menurutnya manusia memiliki beberapa karakteristik yang khas, manusia berbeda dengan makhluk lain, karena manusia memiliki akal, hikmah, tabiat dan nafsu.
Seiring dengan Ar-Razi, Ibnul Jauzi dengan ide cemerlang mendefinisikan manusia. Menurutnya manusia terdiri dari dua unsur yaitu jasad dan roh, baginya perubahan ro lebih penting karena esensi manusia adalah makhluk rohani/berjiwa. Ibnu Jauzil berdalilkan kepada riwayat dari Abi Hurairah r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda “sesungguhnya Allah tidak melihat jasad kalian, dan tidak pula bentuk kalian, akan tetapi Allah melihat hati dan amal kalian” (HR Muslim). Merembet hingga ilmuan-ilmuan sekarang, mereka mendefinisikan manusia sesuai dengan laut disiplin ilmu yang mereka renangi.
Abdurrahman An-Nahlawy mencoba merangkul semua pendapat manusia terhadap manusia tersebut dan menyimpulkan bahwa ada kesalahan manusia dalam membaca manusia. Menurutnya ada dua kesalahan manusia: pertama, manusia menilai manusia sebagai makhluk yang super segalanya sehingga mereka tidak sadar akan terjerumusnya kedalam kesombongan. Kedua, manusia merasa hina dan rendah, sehingga manusia merasa perlu bertukut lutut kepada makhluk lain.

b.      Manusia menurut Al-Qur’an
Al-Qur’an menyebutkan tiga term pokok dalam membicarakan eksistensi manusia, diantaranya: al-Insân (الانسان), term ini membicarakan tentang manusia secara utuh sebagai manusia. basyar (بشرا), term ini membicarakan salah satu aspek manusia. an-nâs (الناس) term ini kerap berbicara mengenai keagamaan manusia.
Al-Qur’an menjawab dengan tegas dan jelas berbagai macam pendapat dari ilmuan barat maupun ilmuan Muslim, karena keterangan yang uraikan Al-Qur’an sangat sempurna dan mampu menyatukan semua ikhtilaf diantara mereka.

Ayat-ayat Al-Qur’an yang mengklarifikasi pendapat tersebut diantaranya:
“…dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya…”. (As-Syam 91: 7-10)

Al-Qur’an juga menguraikan terkait tujuan penciptaan manusia:
“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (Adz-Dzariyat 51: 56)

Menanggapi pendapat ilmuan tentang kesamaan dan perbedaan manusia dan makhluk lain:

“dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”. (Al-Israa 17: 70)

0 komentar

Tambahkan Komentar Anda